Rabu, 24 Oktober 2012

DATA WAREHOUSE PADA RUMAH SAKIT

ABSTRAK
Sebuah rumah sakit pada umumnya memiliki jumlah data transaksi yang relatif besar per hari. Dengan kondisi data tersebut, menjadi suatu tantangan tersendiri bagi organisasi Teknologi Informasi di lingkungan rumah sakit untuk dapat menyediakan informasi kepada pimpinan rumah sakit dalam waktu yang singkat serta dengan tingkat akurasi data yang tinggi dan tidak mengganggu jalan operasional rumah sakit tersebut. Ketersediaan informasi yang dibutuhkan menjadi salah satu sarana bagi pimpinan rumah sakit untuk menilai dan mengevaluasi kinerja dari rumah sakit berdasarkan data-data dan fakta yang terjadi. Kemudahan ini dapat diperoleh bilamana sebuah rumah sakit menerapkan sebuah aplikasi datawarehouse yang berguna bagi pengambilan keputusan medik.


1. PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah pusat layanan yang sangat dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan. Setiap hari dapat ditemukan hampir ratusan pasien yang harus dilayani oleh rumah sakit untuk proses rawat jalan, rawat inap, rawat darurat, rawat intensif serta pemeriksaan pendukung medis seperti pemeriksaan laboratorium, radiology dan lain sebagainya. Dengan jumlah transaksi yang luar biasa besar, sudah selayaknya rumah sakit menerapkan sistem infomasi dan teknologi informasi untuk mendukung proses operasional rumah sakit sehingga menjadi lebih cepat, efisien, efektif dan akurat. Hal ini sangat erat hubungannya dengan peningkatan layanan rumah sakit terhadap para stakeholdernya, sehingga waktu tunggu pasien, akurasi data rekam medis, kemudahan mendapatkan informasi dapat diperoleh dengan adanya sistem informasi. Dukungan teknologi informasi menjadi sangat penting terutama dalam mendukung kemajuan suatu rumah sakit. Banyak rumah sakit yang kini mulai menyadari bahwa salah satu kunci untuk meningkatkan kualitas dan pelayanan suatu rumah sakit sangat bergantung pada kemampuan rumah sakit dalam memperoleh informasi yang berguna secara cepat dan tepat.
Agar rumah sakit dapat memberikan layanan yang terbaik kepada stakeholdernya, diperlukan sejumlah informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan oleh pihak eksekutif rumah sakit untuk menilai dan mengevalusi kinerja terutama di bidang medik dari rumah sakit tersebut. Informasi yang disajikan dapat digunakan untuk membantu mengambil keputusan dalam menentukan strategi dan kebijakan rumah sakit, baik dari segi waktu maupun kualitas informasi. Infomasi yang dihasilkan harus dapat dlihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda, sehingga kualitas keputusan yang diambil oleh pihak eksekutif menjadi sangat akuat. Masih cukup banyak rumah sakit di Indonesia yang belum memanfaatkan ketersediaan data yang ada untuk mengevaluasi kinerja dari rumah sakit. Kendala ini biasanya diakibatkan karena belum tersedianya teknologi yang dapat mengolah dan menyajikan informasi dari jumlah data yang sangat besar. Selain itu kebutuhan dan keinginan pihak eksekutif rumah sakit untuk memperoleh informasi yang berbeda setiap saat menjadi tantangan tersendiri bagi organisasi TI di rumah sakit. Bisa dibayangkan dengan keterbatasan personil TI, kebutuhan informasi yang bergerak, lambatnya penyajian informasi dapat mengakibatkan keputusan yang dibuat oleh pihak eksekutif menjadi kurang maksimal. Untuk dapat menangani data dalam jumlah besar dan memanfaatkannya semaksimal mungkin bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, diperlukan teknologi informasi yang dapat mengatasinya, yaitu data warehouse, yang dapat mempercepat proses pengumpulan data untuk penyajian infomasi yang multidimensi (dapat dilihat dari berbagai sudut pandang) dan ringkas sehingga dapat memaksimalkan kualitas keputusan yang dibuat oleh pihak eksekutif rumah sakit.


2. LANDASAN PUSTAKA

2.1 Data Warehouse
Menurut Connolly dan Begg (2005, p1151), “Data warehouse is a subject oriented, integrated, time variant, and non-volatile collection of data in support of management’s decision-making process”, yang artinya data warehouse adalah sekumpulan data yang berorientasi pada subjek, terintegrasi, memiliki rentang waktu, dan tidak mudah berubah untuk mendukung proses pembuatan keputusan manajerial.

2.2 Anatomi Data Warehouse Terpusat
Menurut Inmon (2005, p193), sebagian besar organisasi membangun dan memelihara lingkungan data warehouse terpusat tunggal. Pengaturan ini dilakukan karena beberapa alasan yaitu :
a. Data dalam warehouse terintegrasi antar perusahaan dan gambaran terintegrasi digunakan hanya pada kantor pusat.
b. Perusahaan mengoperasikan sebuah model bisnis terpusat.
c. Volume data dalam data warehouse seperti sebuah penyimpanan tunggal yang terpusat.
d. Sekalipun data dapat diintegrasikan, jika data diedarkan melalui banyak lokasi, maka akan mempersulit pengaksesan.

2.3 Skema Bintang (Star Schema)
Menurut Connolly dan Begg (2005, p1183), skema bintang (star schema) adalah struktur logikal yang mempunyai sebuah tabel fakta berisi data faktual yang ditempatkan di tengah, dikelilingi oleh tabel dimensi berisi data referensi (yang dapat didenormalisasi). Skema bintang mengeksploitasi karakteristik dari data faktual di mana fakta dibuat dari peristiwa yang muncul di masa lalu dan mustahil untuk berubah, dengan mengabaikan bagaimana mereka dianalisis. Karena sebagian besar data dalam data warehouse ditampilkan sebagai fakta, table fakta relatif sangat berhubungan dengan table dimensi. Karena itu, penting untuk memperlakukan data fakta sebagai data referensi yang hanya dapat dibaca (read only reference data), yang tidak akan berubah sepanjang waktu. Tabel fakta yang paling berguna berisi satu atau lebih ukuran numerik, atau ’fakta’, yang terjadi untuk

2.4 Tabel Fakta dan Tabel Dimensi
Menurut Connolly dan Begg (2005, p1183) Tabel Fakta adalah, ”Every dimensional model (DM) is composed of one table with a composite primary key, called the fact table”, yang berarti tabel fakta adalah satu tabel pada model dimensional yang isinya composite primary key. Menurut Connolly dan Begg (2005, p1183) Tabel Dimemsi adalah, ”a set of smaller tables called dimension tables”, yang berarti tabel dimensi adalah sekumpulan tabel-tabel yang lebih kecil dari tabel fakta pada model dimensional. Setiap tabel dimensi mempunyai non-composite primary key.

2.5 Perancangan Data Warehouse
Berdasarkan kutipan dalam Connolly dan Begg (2005, p1187-1193), metodologi yang dikemukakan oleh Kimball dalam membangun data warehouse ada 9 tahapan, yang dikenal dengan Nine-step Methodology. Sembilan tahap tersebut adalah :
a. Memilih Proses (Choosing the Process)
b. Memilih Grain (Choosing the Grain)
c. Identifikasi dan Penyesuaian Dimensi (Identifying and Conforming the Dimensions)
d. Memilih Fakta (Choosing the Fact)
e. Menyimpan Pre-Calculation pada Tabel Fakta (Storing Pre-calculation in the Fact-table)
f. Melengkapi Tabel Dimensi (Rounding Out the Dimension Tables)
g. Memilih Durasi dari Basis Data (Choosing the Duration of the Database)
h. Melacak Perubahan dari Dimensi secara Perlahan (Tracking Slowly Changing Dimensions)
i. Memutuskan Prioritas dan Mode dari Query (Deciding the Query Priorities and the Query Modes)

2.6 Rumah Sakit
Menurut Siregar (2003, p7), rumah sakit merupakan salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggrakan upaya kesehatan.

2.7 Kinerja Pelayanan Rumah Sakit
Menurut Muninjaya (2004, p232), indikator yang paling penting sering digunakan yaitu:
a. Bed Occupancy Rate (BOR) adalah rata-rata presentase dari tempat tidur yang tersedia yang dihuni atau dipakai oleh penderita selama satu periode waktu atau per hari, dengan rumus :
Jml Hari perawatan rumah sakit
BOR = x 100% Jml tempat tidur x jml hari
b. Average Length Of Stay (ALOS/LOS) adalah rata-rata lamanya (dinyatakan dalam 1 hari) dari masing-masing penderita yang keluar dibagi dengan jumlah penderita yang keluar tersebut selama jangka waktu tertentu atau periode tertentu.
Jml hari perawatan
LOS = Jml penderita yang keluar
c. Bed Turn Over (BTO) adalah rata-rata penderita yang menghuni sebuah tempat tidur selama suatu periode. Frekuensi pemakaian tempat tidur yang menunjukkan berapa kali satu satuan waktu tertentu (biasanya satu tahun) tempat tidur rumah sakit dipakai, dengan rumus :
Jml penderita yang keluar
LOS = Jml tempat tidur yang tersedia